Langsung ke konten utama

Money, Power, More Money


Gambar: google
--------------------------
Oleh: Ronaldus Adipati Kunjung*

Sebuah kekuasaan lahir dari pengakuan, legitimasi. Tetapi legitimasi saja belumlah final. Ada antrian tanggung jawab mengikutinya. Dari tanggung jawab lahirlah kebijakan, policy. Dan kadang-kadang, policy jugalah menyuburkan egoisme juga korupsi. Barangkali dari sinilah terminologi MPM lahir. 

Money, Power, more Money (MPM)
Teori tentang kekuasaan selalu menarik untuk dikaji. Kajian yang paling menarik - tentu saja relevan dengan tulisan ini-menurut saya adalah kajian tentang kekuasaan yang dilakukan Montesque bahwa kekuasaan selalu punya korelasi dengan orang yang berkuasa. Dalam telaah Montesque ada tiga kecenderungan orang yang berkuasa yaitu sebagai berikut:

Pertama, kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaan. Kedua, kecenderungan untuk memperbesar kekuasaan. Ketiga adalah kecenderungan untuk memanfaatkan kekuasaan. Dalam kaitannya dengan memanfaatkan kekuasaan ini sering terjadi abuse of power yang acapkali memperkaya diri sendiri atau memperkaya orang lain. 

Apa iya, kekuasaan itu untuk uang? 
Dalam setiap kekuasaan, entah kenapa narasinya selalu 'mesum'. Ia kerap menghadirkan cerita-cerita senggama berkelas sampai kampungan. Senggama kekuasaan selalu soal penyalahgunaan kekuasaan. Selalu ada celah di benak maupun kebijakan bagaimana mendapatkan uang untuk diri dan kelompok. Jika sudah punya kecenderungan semacam itu, maka niatan untuk membangun, mengelolah kehidupan masyarakat dan bangsa dengan sendirinya dipinggirkan. 

Ratapan tentang infrastruktur yang.minim, pelaku kuasa yang dicekal atau antri di periksa KPK kerap menghiasi media. Infrastruktur minim, penetapan tersangka hingga berujung jeruji, niatan awalnya selalu dari soal: Uang, Kekuasaan, dan Mengumpulkan lebih banyak uang. MPM tidak akan pernah selesai jika kita tidak berbenah diri. 

Pembenahan diri kita harus dilakukan dalam dua aspek berikut:

Pertama, Pendidikan. Pendidikan itu penting dan perlu dan dalam konteks sekarang, itu darurat. Pendidikan kita kerap menyajikan konsep-konsep yang mengawang dan banyak yang tak menyentuh akar masalah atau realitas kita. Harusnya, kita galakan kurikulum pendidikan anti korupsi, bila perlu masukan itu sebagai bagian dari Mata pelajaran.

Kedua, ekonomi. Selagi kita masih miskin, urusan kekuasaan akan selalu bergulat dengan uang. Teori-teori kita untuk memilih menggunakan rasio akan mental dengan sendirinya berhadapan dengan masyrakat yang untuk makan sehari-hari saja masih tanda tanya. 

Jika dua hal ini dibenahi maka niatan penguasa kita untuk korupsi akan hilang meskipun perlahan. 
#Believe it or not.


*Pengajar di SMAN 7 kota Komba, Waerana -       Manggarai Timur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mantan

Apa yang lebih indah dari mantan?  Kenangan, itu jawabannya.  Mantan, menyebut ini saya agak takut. Bukan karena membludaknya kenangan tetapi lebih kepada kembalinya mantan ke pentas.  Apa pasalnya? Sini!!! Saya mau cerita dulu. Pada zaman dahulu, sewaktu sang Mantan jadi kepala suku, ada sebuah proyek besar di negeri antah berantah yang dinamakan proyek Ekatepe. Semua pembesarnya terlibat. Setelah sang mantan diganti, proyek itu kemudian tercium menyimpan masalah. Lalu pembesar-pembesarnya ditersangkakan. Eh, ada nama sang Mantan disebut.  Di buku-nya, ada namaku disebut, kata sang Mantan. Sang Mantan kemudian mencak-mencak.  "Eh, semasa saya tak pernah ada laporan permasalahan proyek itu", kata sang mantan. Kenapa sekarang, kok menyebut nama saya? Itu fitnah, tau!!!!!! (?) Lalu, sang Mantan mengadakan presscon.  "Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Aku ini mantanmu. Mantan terindahmu. Lupakah kamu dengan suaraku, ingatkah kamu wajah ini? Yang selalu manis untukmu