Langsung ke konten utama

Postingan

Merindukan Hypatia

'Jika dua benda senilai dengan benda ketiga maka nilai masing-masing adalah sama'. Sepak terjang agama diwarnai darah dan air mata. Jauh-jauh hari sebelum saat ini, agama sudah berkutat dalam persoalan bunuh-membunuh. Film Agora menyajikan ini secara gamblang. Film yang disutradarai oleh Alejandro Amenabar tersebut diluncurkan tahun 2009. Kata Agora berasal dari kata bahasa Yunani yang jika diterjemahkan sebagai tempat untuk pertemuan terbuka di negara-kota di Yunani Kuno. Film yang dibuka dengan perdebatan antara penganut agama Katolik dan Yunani Kuno menghadirkan wajah agama yang sarkas dan sangar. Perdebatan yang berakhir dengan kekalahan “agama Yunani Kuno” karena tidak sanggup berjalan di atas bara api adalah pembuktian bahwa agama bisa berwajah ganda: damai dan kekerasan. Hypatia dan Gagasan Persaudaraan Saya ingat sepak terjang Hypatia, perempuan dalam film itu. Hypatia, perempuan yang berada dalam kepungan kekacauan tiga agama: Yunani Kuno, Yah...

Pengalihan Isu??????

Sumber gambar: Google Menarik mencermati reaksi netizen NTT terkait OTT KPK terhadap Bupati Ngada Marianus Sae. Bupati fenomenal itu, yang sekaligus merupakan kuda hitam dalam perebutan kursi Gubernur NTT malam ini sudah menginap di KPK untuk diperiksa. Ada melompat ria, ada yang menangis duka, itu wajar. Apalagi jika melihat reaksi massa NTT ketika marianus diumumkan sebagai Cagub berpasangan dengan Emi Nomleni. Marianus jadi kuda hitam yang tiap hari rating pemberitaannya di NTT terus menanjak.  Salah satu akun facebook mengugkapkan secara nyata dan gamblang bahwa penangkapan MS adalah pengalihan isu.  Itu pengalihan isu terkait penyerangan gereja di Yogyakarta, itu statusnya.  Benarkah?  Ditilik dari segi hari kejadian yng hmpir bersamaan, bisa jadi, iya!!! Mari lihat dari kacamata NTT.  NTT, bagaimanapun merupakan Propinsi yang paling kencang menyuarakan kecaman terhadap pelaku penyerangan dalam gereja di Yogyakarta. NTT ditilik dari sudut pandang agama meru...

Mantan

Apa yang lebih indah dari mantan?  Kenangan, itu jawabannya.  Mantan, menyebut ini saya agak takut. Bukan karena membludaknya kenangan tetapi lebih kepada kembalinya mantan ke pentas.  Apa pasalnya? Sini!!! Saya mau cerita dulu. Pada zaman dahulu, sewaktu sang Mantan jadi kepala suku, ada sebuah proyek besar di negeri antah berantah yang dinamakan proyek Ekatepe. Semua pembesarnya terlibat. Setelah sang mantan diganti, proyek itu kemudian tercium menyimpan masalah. Lalu pembesar-pembesarnya ditersangkakan. Eh, ada nama sang Mantan disebut.  Di buku-nya, ada namaku disebut, kata sang Mantan. Sang Mantan kemudian mencak-mencak.  "Eh, semasa saya tak pernah ada laporan permasalahan proyek itu", kata sang mantan. Kenapa sekarang, kok menyebut nama saya? Itu fitnah, tau!!!!!! (?) Lalu, sang Mantan mengadakan presscon.  "Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Aku ini mantanmu. Mantan terindahmu. Lupakah kamu dengan suaraku, ingatkah kamu wajah ini? Yang selalu...

Money, Power, More Money

Gambar: google -------------------------- Oleh: Ronaldus Adipati Kunjung* Sebuah kekuasaan lahir dari pengakuan, legitimasi. Tetapi legitimasi saja belumlah final. Ada antrian tanggung jawab mengikutinya. Dari tanggung jawab lahirlah kebijakan, policy. Dan kadang-kadang, policy jugalah menyuburkan egoisme juga korupsi. Barangkali dari sinilah terminologi MPM lahir.  Money, Power, more Money (MPM) Teori tentang kekuasaan selalu menarik untuk dikaji. Kajian yang paling menarik - tentu saja relevan dengan tulisan ini-menurut saya adalah kajian tentang kekuasaan yang dilakukan Montesque bahwa kekuasaan selalu punya korelasi dengan orang yang berkuasa. Dalam telaah Montesque ada tiga kecenderungan orang yang berkuasa yaitu sebagai berikut: Pertama, kecenderungan untuk mempertahankan kekuasaan. Kedua, kecenderungan untuk memperbesar kekuasaan. Ketiga adalah kecenderungan untuk memanfaatkan kekuasaan. Dalam kaitannya dengan memanfaatkan kekuasaan ini sering terjadi abuse of power yang aca...

Emilia Nomleni dan Oase di Tengah Minimnya Keterwakilan Perempuan di Pilkada

Saya bukan tim sukses, juga bagian dari hiruk pikuk Pilkada NTT. Saya hanya tertarik untuk membahas tentang perempuan (kesukaan saya), khususnya kehadiran Emilia Nomleni dalam pentas Pilkada NTT. Gong Pilkada telah dimulai. Para Paslon  beramai-ramai parade dari sejak pendafaran di KPUD sampai pada deklarasi. Riuh dan riak para pendukung juga turut memeriahkan parade ini, ada yang protes soal jalanan yang macet, sampah-sampah berserakan juga tak sedikit yang bernyanyi menyanjung. Itu sah dan wajar dalam demokrasi. Politik selain sebagai seni memenangkan kekuasaan, ia juga seni menciptakan riuh dan gaduh. Politisi tahu betul soal itu.  Lonceng Pratanda dimulainya Pilkada bergaung juga di NTT. Propinsi yang digelari daerah paling demokratis di Indonesia ini memunculkan empat pasangan Calon pemimpin untuk 5 tahun kedepan yakni: Benny K. Harman - Benny Litelnoni, Viktor B. Laiskodat - Josep A. Naesoi, Marianus Sae - Emilia Nomleni, serta Esthon Foenay - Christian Rotok...

Euthanasia

Saya tak menyukai kebisingan dan karena itu saya sering memaki. Bukan sekedar bising. Bising dalam ketegorinya terbagi antara bising wajar dan tak wajar. Bising wajar adalah bising biasa berupa silang pendapat, ide, juga gagagasan. Bising tak wajar jika itu perbedaan ide yang mengarah ke disintegrasi, melumat persatuan dan meludahi kebhinekaan. Dan dari situlah - bising tak wajar itu saya membenci bising. Acapkali negara ini menguras energi berlebihan untuk bising yang tak wajar ini. Acapkali pula negara dipaksa tunduk juga menyerah terhadap kelompok dari yang bising ini. Negara kerap gagal mengidentifikasikan dirinya, menemukan dirinya - menyatakan kekuasaannya di hadapan kelompok ini. Dan itu saya benci dan tak bisa untuk mahfum. Dari sinilah, saya merasa bahwa euthanasia itu perlu. Bukan sekedar perlu, ini juga penting dan barangkali darurat. Negara tak boleh gagal juga kalah, itu pesannya. Jika saja euthanasia legal di negara ini, negara tak perlu panas kuping terhadap semu...

Membangun dari Desa, Apa yang Salah?

Membangun dari Desa Perdebatan tentang ini ramai dan cukup seru. Tetapi dari semuanya, tak ada satupun yang pikirannya bersayap. Argumentasinya cerdas tetapi tidak terlalu menyentuh. Apa arti pembangunan?  Pembangunan itu suatu proses menuju perubahan. Perubahan seperti apa? Perubahan untuk menjadikan masyarakat lebih manusiawi, secara sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Konsep pembangunan tidak melulu soal gedung yang mentereng, jalan-jalan yang diaspal rapi, tetapi lebih dari itu konsep pembangunan adalah PENDIDIKAN, PENCERAHAN, PEMBERDAYAAN untuk menciptakan rasa NASIONALISME. Apa arti gedung mentereng, jalan beraspal kalau untuk menjawab 1 + 1 saja masyarakat masih ragu untuk bilang 2? Di sinilah konsep pembangunan itu mempunyai sisi lain.  Masyarakat Desa masih banyak yang rendah SDM-nya dan karena itu harus diberdayakan. Mereka harus diberikan ruang untuk pelatihan, kerja, dan sebagainya. Apa arti dana 1 M kalau pegang tuts laptop saja tangan op...